Senin, 02 September 2024

Renungan Pagi 2 September 2024




𝐌𝐄𝐑𝐀𝐘𝐔 𝐀𝐋𝐋𝐀𝐇.

🍀 Abu Nawas sebenarnya adalah seorang sufi yang cerdas. Tak mengherankan jika Abu Nawas mempunyai murid yang tidak sedikit.

🍀 Di antara sekian banyak muridnya, ada satu orang yang hampir selalu menanyakan mengapa Abu Nawas mengatakan begini begitu. Suatu ketika ada tiga orang tamu bertanya kepada Abu Nawas dengan pertanya'an yang sama. Orang pertama mulai bertanya:

"Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?"

"Orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil." Jawab Abu Nawas.

"Mengapa?" Kata orang pertama.

"Sebab lebih mudah diampuni oleh Tuhan." Kata Abu Nawas.

🍀 Orang pertama puas karena ia memang yakin begitu. Orang kedua bertanya dengan pertanya'an yang sama.

"Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?"

"Orang yang tidak mengerjakan keduanya." Jawab Abu Nawas.

"Mengapa?" Kata orang kedua.

"Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu tidak memerlukan pengampunan dari Tuhan."  Kata Abu Nawas. Orang kedua langsung bisa mencerna jawaban Abu Nawas.

🍀 Orang ketiga juga bertanya dengan pertanyaan yang sama.

"Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?"

"Orang yang mengerjakan dosa-dosa besar." Jawab Abu Nawas.

"Mengapa?" Kata orang ketiga.

"Sebab pengampunan Allah kepada hamba-Nya sebanding dengan besarnya dosa hamba itu." Jawab Abu Nawas.

🍀 Orang ketiga menerima alasan Abu Nawas. Singkatnya, ketiga orang itu pulang dengan perasaan puas.

🍀 Karena belum mengerti seorang murid Abu Nawas bertanya.

"Mengapa dengan pertanya'an yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda?"

"Manusia dibagi tiga tingkatan. Tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati."

"Apakah tingkatan mata itu?" Tanya murid Abu Nawas.

"Anak kecil yang melihat bintang di langit. la mengatakan bintang itu kecil karena ia hanya menggunakan mata." Jawab Abu Nawas mengandaikan.

"Apakah tingkatan otak itu?" Tanya murid Abu Nawas.

"Orang pandai yang melihat bintang di langit. la mengatakan bintang itu besar karena ia berpengetahuan." Jawab Abu Nawas.

"Lalu apakah tingkatan hati itu?" Tanya murid Abu Nawas.

"Orang pandai dan mengerti yang melihat bintang di langit, ia tetap mengatakan bintang itu kecil walaupun ia tahu bintang itu besar. Karena bagi orang yang mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar jika dibandingkan dengan KeMaha-Besaran Allah."

🍀 Kini murid Abu Nawas mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda. la bertanya lagi.

"Wahai guru, mungkinkah manusia bisa membujuk Tuhan?"

"Mungkin."

"Bagaimana caranya?" Tanya murid Abu Nawas ingin tahu.

"Dengan merayu-Nya melalui pujian dan doa."

"Ajarkanlah do'a itu padaku, wahai Guru." Pinta murid Abu Nawas.

🍀 "Do'a itu adalah: Illahi lastu lil firdausi ahla, wala aqwa 'alan naaril jahiimi, fahabli taubatan waghfir dzunuubi, fa innaka ghaafiruz dzanbil adhiimi."

🍀 Arti dari do'a itu adalah: "Wahai Tuhanku, aku ini tidak pantas menjadi penghuni surga, tetapi aku tidak akan kuat terhadap panasnya api neraka. Oleh sebab itu terimalah tobatku serta ampunilah dosa-dosaku. Karena sesungguhnya Engkaulah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar."

Sumber : Buku Kisah Abu Nawas-MB Rahimsyah.

🍀 Pengetahuan tambahan: Do'a Abu Nawas ini dijadikan lagu yang  judulnya Al- I'TIRAF. 
Yang belum tau sejarah lagu merdu itu.

Reshared by Kustiyadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar