Hari Kamis 1 Agustus 2024, saya beserta beberapa rekan mewakili pondok pesantren berkunjung ke sebuah peternakan sapi dan domba di Cikampek, milik lulusan Teknik Industri ITB. Menarik! Lulusan ITB ternak sapi dan domba. Kunjungan ini dalam rangka benchmarking stimulus untuk pondok pesantren agar bisa membangun kemandirian pesantren dari segi penyediaan pangan dan finansial.
.
Saat Mas Sri Darmono pemilik peternakan menjelaskan tentang close loop system yang di terapkan di Integrated Farm System sapi dan domba saya teringat dahulu di pelajaran elektronika dasar tentang rangkaian amplifier. Output amplifier diumpankan kembali ke input secara negatif (negatif feedback) dengan besaran tertentu. Negatif feedback ini dimaksudkan agar amplifier lebih stabil, linear, dan respon frekuensi yang lebih bagus.
.
Close loop system pada peternakan terpadu ini prinsipnya adalah output ternak diumpan balik menjadi input setelah melalui satu proses untuk dijadikan input kembali. Dalam hal ini, output ternak berupa kotoran, diolah menjadi pupuk yang kaya asam humat untuk rumput memupuk pakan (rumput taiwan). Lalu rumput menjadi pakan ternak kembali. Sebuah mata rantai yang terus berputar (looping)
.
Bedanya dengan rangkaian feedback pada rangkaian elektronika amplifier tadi, feedback dalam close loop sistem ini adalah output ternak dapat dipecah dan diumpan untuk memperbesar gain produk lainnya, selain menjaga kestabilan proses peternakan dengan terjaminnya ketersediaan pakan.
.
Mengapa demikian? Pada sistem pemrosesan pupuk tidak hanya meningkatkan kapasitas rumput sebagai pakan, tetapi juga dapat meningkatkan kapasitas produksi pertanian lainnya, seperti padi, buah-buahan, dll., bahkan maggot yang dihasilkan dari kotoran sapi pun dapat digukanan untuk unggas dan perikanan.
.
Close loop peternakan terpadu ini semakin hari dapat semakin membesarkan gain. Tak hanya daging sapi dan domba yang bisa menjadi sumber revenue. Pupuk dari kotoran sapi dan domba, bisa dijual, bisa digunakan untuk pertanian (tidak perlu beli pupuk lagi), unggas, perikanan, dll. Pupuk cairnya sendiri memiliki KTK 1200 sedangkan urea KTK-nya hanya 60.
.
Pupuk cair dari olahan kotoran sapi bahkan bisa "mereparasi" lahan yang sudah rusak karena penggunaan pupuk sintetis yang tidak terkontrol. Lahan menjadi lebih gembur, tahan lama menyimpan air, serta memiliki menjadi kaya dengan unsur hara makro mikro, dll.
.
Allah Sang Pencipta sudah menyediakan segalanya untuk manusia. Sayangnya tidak semua dapat memikirkan dan menggunakannya. Banyak petani yang berhenti bertani hanya karena tidak tersedia pupuk komersil yang dijual toko-toko atau pupuk subsidi.
.
Salam, Kang Eep
Tukang Dongeng Pertanian, is Back 🙂
From G10 Afghani CEO Untan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar