Selasa, 21 Mei 2024

Penyakit "Ini Juga Dakwah



Oleh: Deden A. Herdiansyah 

Dalam forum Indonesia Membina di Monumen Diponegoro (20 Mei 2024), ada pernyataan menggelitik dari Ustadz Aunur Rofiq Saleh Tamhid. 

Beliau mengatakan, dalam konteks pembinaan, ada satu penyakit yang berbahaya. Penyakit itu adalah kalimat "Ini juga dakwah". Kalimat yang sebetulnya benar, tetapi berbahaya jika ditempatkan dalam konteks pembinaan.

Memang benar, dakwah mencakup sektor yang sangat luas dan sarana yang sangat beragam. Tetapi dakwah dalam konteks pembinaan artinya membentuk pribadi-pribadi yang siap membina dan bergerak sesuai manhaj jamaah. Membina yang dimaksud dalam makna tersebut berarti lebih spesifik dari makna dakwah yang luas.

Sudah menjadi pemahaman bersama bahwa agenda pembinaan merupakan _core_ dalam jamaah kita. Dia ibarat jantung dalam tubuh yang detaknya mempengaruhi eksistensi hidup. Artinya, tanpa adanya agenda pembinaan jamaah kita berjalan menuju jurang kematiannya. Wal'iyadzu billah.

Namun, fenomena yang muncul dalam beberapa tahun terakhir ada banyak kader yang mengatakan, "Ini juga dakwah". Kalimat itu menjadi semacam pembelaan ketika mereka sibuk dengan da'wah 'ammah dan tidak mau membina. 

Bisa jadi mereka bekerja sebagai guru di sekolah Islam, kemudian mengatakan, "Ini juga dakwah". Bisa juga mereka bekerja sebagai dosen, kemudian mengatakan, "Ini juga dakwah". Atau mereka bekerja di sektor-sektor lainnya sambil berdakwah, kemudian mengatakan, "Ini juga dakwah".

Sebagai da'i yang berkecimpung dalam jamaah ini tentu kita memahami tentang makna da'wah 'ammah (dakwah umum) dan da'wah khashshah (dakwah khusus). 

Adapun pembinaan merupakah da'wah khashshah, yang berkaitan dengan agenda takwiniyah (pembentukan). Misi kita dalam jamaah ini adalah mengantarkan agenda-agenda da'wah 'ammah menuju agenda da'wah khashshah.

Bisa jadi dalam kenyataannya, ada kader yang mumpuni dalam da'wah 'ammah, tetapi lemah dalam membina. Hal itu dapat dipahami, asalkan tetap berorientasi pada agenda pembinaan.

Sangat mungkin hasil dari da'wah 'ammah yang dia lakukan selanjutnya diarahkan pada pembinaan, meskipun bukan dia sendiri yang melakukannya, tetapi temannya yang ditugaskan. 

Nasyrul fikrah bisa kita lakukan seluas-luasnya di forum-forum tabligh akbar, kajian umum, bahkan dalam pergaulan sehari-hari. Tujuannya untuk memperkuat basis sosial (qaidah ijtima'iyah) dan pendukung da'wah ilallah. 

Tetapi, dalam perjuangan, kita sangat membutuhkan "rahilah" (unta pemikul beban) yang siap berada di barisan dakwah, dan memikul beban perjuangan. Rahilah itu hanya bisa dilahirkan melalui proses pembinaan, bukan melalui da'wah 'ammah.

Andai saja kalimat "Ini juga dakwah" terus-menerus dimaklumi sebagai pembenaran untuk menghindar dari keharusan membina, maka dakwah ini akan semakin lemah. 

Lalu lambat laun banyak bermunculan kader yang menikmati pekerjaan dunianya, lalu mengatakan, "Ini juga dakwah". Pekerjaannya menjadi kamuflase dakwah, yang padahal hasilnya dinikmati secara pribadi.

Sungguh, perjuangan ini membutuhkan para pendekar yang telah ditempa di halaqah-halaqah pekanan. Proyek pembangunan peradaban ini membutuhkan labinah shalihah (batu bata yang baik) yang dicetak di pertemuan-pertemuan pekanan. 

Umat ini membutuhkan rahilah yang dibina di forum-forum pekanan. 

Pekerjaan membina itu bukan perkara remeh dan sampingan, tetapi inti dari proyek besar kita. Menjadi aneh dan tidak relevan kalau kita sibuk dengan perkara sampingan dan mengabaikan perkara inti. 

Oleh sebab itu, mari kita kembali menekuni agenda pembinaan dengan segala daya yang dimiliki.

#GumregahTarbiyah #IndonesiaMembina

**Tulisan ini terinspirasi dari taujih Ustadz Aunur Rofiq Saleh Tamhid, 20 Mei 2024.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar